Since24News.com|Papua Nugini – Paus Fransiskus akan mendarat di Papua Niugini, Jumat (6/9/2024) malam waktu setempat, setelah menuntaskan kunjungan di Indonesia. Umat Katolik, Pemerintah Papua Niugini, dan sejumlah pemimpin negara Pasifik itu telah bersiap menyambutnya. Ratusan umat Katolik Papua Niugini bahkan menempuh perjalanan panjang dan menantang demi menyambut kunjungan pemimpin umat Katolik dunia tersebut.
Dalam lawatan empat hari pada 6-9 September itu, Paus akan berkunjung ke ibu kota Port Moresby dan kawasan perbatasan terpencil Vanimo, Provinsi Sandaun, di perbatasan Papua Niugini-Indonesia. Di ibu kota Port Moresby, ia dijadwalkan bertemu para pemimpin negara yang hadir, pejabat, masyarakat sipil, dan pemimpin gereja.
Paus juga akan memimpin misa pada hari Minggu. Selanjutnya, ia akan mengunjungi Vanimo untuk bertemu dengan para misionaris dan umat Katolik.
Ribuan jemaat telah berkumpul di ibu kota Port Moresby untuk menyaksikan kedatangan Paus. Banyak di antaranya menempuh perjalanan lebih dari sepekan, baik menggunakan bus, kapal, maupun dengan berjalan kaki.
Sekitar 800 orang dari mereka datang dari kawasan pedalaman Dataran Tinggi Barat dan Jiwaka. Mereka harus menempuh perjalanan menembus hutan hingga menggunakan perahu karet lebih dari sepekan untuk sampai di Port Moresby.
Umat 26 paroki dari kawasan pedalaman itu memulai perjalanan dua pekan lalu. Mereka berangkat berombongan dalam kelompok-kelompok kecil dengan naik bus sampai Lae di Morobe, lalu melanjutkan perjalanan dengan perahu karet ke Popondetta.
Selanjutnya, jemaat harus berjalan kaki dan mendaki menembus hutan Kokoda selama tiga hari. Setelah perjalanan sepekan itu, mereka mencapai Provinsi Tengah dan melanjutkan perjalanan darat ke Port Moresby.
Pemimpin rombongan dari Paroki St Arnold, Elizah Willie, mengatakan, mereka dilepas dengan misa yang digelar romo paroki di desa mereka pada 18 Agustus. Di jalan, bus yang mereka tumpangi sempat bertemu kelompok penjahat yang menutup jalan di kawasan Yonki.
”Akhirnya kami bisa lewat karena perjalanan kami dilindungi Tuhan,” kata Willie, dikutip dari Dikutip dari koran Papua Niugini, The Post-Courier.
Di Port Moresby, rombongan dari Paroki Kuli Suci itu ditampung komunitas Pegunungan Hagen yang memberi mereka makan dan tempat untuk bermalam. John Holi, salah satu anggota rombongan, mengatakan, mereka harus berjalan kaki melintasi Dataran Tinggi Gulf dan daerah perbatasan di Provinsi Barat untuk mencapai Kerema.
Mereka lalu menumpang kendaraan umum ke Port Moresby. ”Ini pertama kalinya paroki kami menempuh perjalanan melintasi laut bersama-sama,” katanya. (Snc)