Since24News|Jambi – Sebanyak 47 saksi telah diperiksa atas kasus kematian santri AH (13), Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin Kabupaten Tebo, Jambi. Tim asistensi Ditreskrimum Polda Jambi sudah turun untuk membantu penanganan perkara di Polres Tebo.
47 Saksi Diperiksa
Kabid Humas Polda Jambi Kombes Mulia Prianto menerangkan saksi yang telah diperiksa terdiri dari pengurus pondok pesantren, teman korban, dan dokter.
“Jumlah saksi yang telah diperiksa ada 47 orang, yang terdiri dari 36 santri, 9 pengurus pondok, 1 orang dokter klinik, 1 orang dokter forensik,” ujar Mulia, Minggu (17/3/2024).
Penyebab Kematian
Mulia membeberkan sejak kasus tersebut dilaporkan tim penyidik dan dokter forensik telah melakukan ekshumasi terhadap jasad korban pada Senin (20/11/2023) atau berselang 6 hari dari waktu kejadian Selasa (14/11/20224).
“Pada 6 Desember keluar hasil ekshumasi tersebut. Hasilnya, diduga penyebab kematian korban karena patah tengkorak dan pendarahan di otak,” terangnya.
Kasus Masuk Penyidikan
Dia menambahkan seiring dengan keluarnya hasil autopsi, pihaknya terus melakukan pendalaman terhadap kasus santri tersebut. Selanjutnya, penyidik menaikkan status perkara ke penyidikan.
Saat ini, tim Ditreskrimum Polda Jambi telah turun melakukan asistensi atau pendampingan penanganan kasus ke Polres Tebo. Dalam waktu dekat, tim akan melakukan gelar perkara di Polda Jambi.
“Tim Ditreskrimun sudah ke Polres Tebo untuk melakukan asistensi, tim terdiri dari penyidik PPA dan Wassidik,” jelasnya.
Mulia menyebutkan belum adanya tersangka dalam kasus ini dikarenakan penyidik butuh ketelitian untuk mendalami kematian santri di Tebo tersebut dan pengumpulan saksi dan bukti yang membutuhkan waktu.
“Sebenarnya ini masih pendalaman saksi, jadi penyidik harus teliti, detail, jelas dan pasti. Karena banyak saksi yang diperiksa sehingga butuh waktu. Nanti update kita kabari lagi,”ungkapnya.
Diatensi Hotman Paris
Pengacara kondang Hotman Paris memberikan pendampingan hukum terhadap keluarga santri AH (13) yang meninggal dengan kondisi tak wajar di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin Kabupaten Tebo, Jambi.
“Tim Hotman 911 memberikan bantuan hukum! Anaknya meninggal di Pesantren Jambi,” kata Hotman Paris dalam unggahan di Instagramnya, Sabtu (16/3/2024).
Dalam postingan video lainnya, Hotman menyebut sudah berkomunikasi dengan dokter yang melakukan autopsi korban. Penyebab kematian korban karena luka benda tumpul yang mengakibatkan patah tulang tengkorak, rusuk, dan tulang bahu.
“Sedangkan yang disebarkan seolah-olah aliran listrik. Tidak mungkin sengatan listrik menyebabkan patah tengkorak, patah tulang, dan rusuk,” ujarnya.
Sebelumnya, diketahui peristiwa itu terjadi pada Selasa (14/11/2023) silam. Orde Prianata selaku Pengacara Korban dari Tim 911 Hotman Paris menceritakan saat hari kejadian, korban sempat menelepon orang tuanya pada sore hari.
“Sebelum kejadian sempat teleponan dengan anak ini (korban) kebetulan yang mengangkat itu mamaknya. Setiap hari Rabu ada pertemuan terus di Pesantren,” katanya, Kamis (14/3/2024).
Saat berhubungan telepon, orang tua korban tidak menaruh curiga. Begitu pula, sang anak tidak menceritakan adanya masalah di ponpes.
Namun, sang anak menyebut akan memberi kejutan kepada orang tua. Kejutan itu rencananya akan diberi tahu esok hari saat pertemuan mingguan di pesantren.
“Saya ada kejutan kata anaknya. Kejutan apa? Mungkin bapaknya merasa kejutan dia dapat nilai (bagus) atau apa. Jadi nggak dihiraukan sama bapaknya,” sebut Orde menceritakan kronologi dari keluarga korban.
Namun, pada malam harinya, sang ayah diberitahu tetangganya melalui telepon bahwa ada santri yang meninggal dunia. Ayah korban pun terkejut mencari tahu dengan menghubungi guru korban, namun berulang kali teleponnya tidak diangkat.
“Terus ditelepon lagi tetangganya ini untuk menanyakan siapa yang meninggal? Dibilanglah sama tetangganya ini yang meninggal anak sampean (kamu),” jelasnya, dilansir dari detik.com.
Kabar itu tentunya mengejutkan ayah korban. Ia masih tidak terima dengan kabar duka itu. Tak lama, guru korban menelepon memberi kabar bahwa anaknya meninggal dunia di loteng gedung pesantren.
“Setelah itu ada gurunya yang lain menelpon bahwa anaknya meninggal dunia, sudah dimandikan dan dikafani nanti diantar ke rumah duka, begitu,” katanya. (dy|Snc)